Meminum secangkir kopi setelah bangun tidur pada sebagian orang menjadi
kebiasaan yang tidak bisa ditinggalkan, diantaranya saya. Saya
penggemar kopi sejak 20-an tahun lalu, munculnya akibat kebiasaan buruk
sistem belajar semalam sebelum ujian, demi menyegarkan tubuh saya
belajar minum kopi yang saat itu saya percayai bisa menahan kantuk.
Dulu yang saya minum adalah kopi hitam yang belakangan saya ketahui
disebut kopi Robusta. Kandungan kafeinnya memang memiliki efek
menyegarkan tubuh. Beruntung saya tidak sampai kecanduan kopi sehingga
sampai hari ini saya hanya minum satu cangkir saja setiap harinya.
Kebiasaan ini pun saya tinggalkan ketika hamil dan menyusui karena saya
kuatir ada efek buruk kafein bagi bayi.
Jadi saya merasa jadi
penggemar kopi namun untunglah tidak sampai menjadi pecandu kopi. Saat
ini kopi yang saya minum sudah bervariasi mulai kopi hitam, kopi krem,
espresso, capuccino, coffee latte, baik disajikan sebagai kopi dingin
(iced coffee) maupun panas (hot coffee).
Melalui pelajaran biologi dari dulu saya telah mendengar adanya kopi
Arabica. Namun kopi arabica yang sebenarnya baru saya kenali setelah
saya bermukim di kota Madinah, Arab Saudi. Di Arab Saudi, kopi arabica
menjadi minuman yang wajib dihidangkan pada saat perjamuan ataupun
pesta. Saya butuh waktu beberapa lama untuk menyukai cita rasa kopi
arabica ini, namun kini saya bisa meminumnya demi kebutuhan
bersoasialisasi dengan lingkungan.
Saya menyajikan dan minum kopi
arabica hanya bila bersama tamu atau di tempat perjamuan saja.
Secara umum minum kopi telah menjadi bagian kebudayaan dunia yang luar
biasa. Trend minum kopi telah menjadikan bisnis besar mulai dari sisi
hulu perkebunan kopi, trader, sampai kafe-kafe. Contohnya yang terkenal
adalah Starbucks Coffee yang kabarnya memiliki 2000 gerai di seluruh
USA dan 5715 gerai di seluruh dunia.
SEJARAH KOPI
1. Kopi Arabica.
Dalam klasifikasi ilmiah, kopi ini termasuk ke dalam famili lxoroideae, Bangsa Coffeae, dan spesiesnya disebut Coffea Arabica.
Dalam Wikipedia dituliskan, menurut legenda, pertama kali pohon kopi
ditemukan oleh seorang penggembala kambing, seorang pemuda arab bernama
Kaldi. Kaldi memperhatikan bahwa kambing-kambingnya menunjukkan gejala
segar gembira setelah memakan biji dan daun kopi. Kemudian penggembala
ini mencoba menanam dan memakan biji dan daun yang ternyata memiliki
efek menguatkan tubuh. Sehingga secara orisinal kosa kata kopi berasal
dari bahasa Arab Gahwah, yang berarti kekuatan.
Orang Turki kemudian
menyebutnya Kahveh, dan orang Belanda menyebutnya koffie, orang Inggris
menyebutnya coffee, dan kita orang Indonesia menyebutnya kopi. Jadi yang pertama kali ditemukan orang dalam kebudayaan adalah kopi
arabica.
Menurut Wikipedia terjadi sekitar abad ke-15. Kopi ini
pertama kali dibudidayakan di daerah Arab Peninsula, sehingga dikenal
luas sebagai kopi arabica. Kopi Arabica telah menjadi kopi nomor 1 di dunia, meliputi 60-70% kopi
dunia. Harganya lebih mahal dibandingkan kopi robusta. Hal ini terjadi
karena budidayanya yang cukup sulit, yaitu membutuhkan syarat tumbuh
pada ketinggian tertentu dan pohonnya sangat mudah terkena hama dan
penyakit.
Bibit kopi arabica pertama kali dibawa ke Indonesia oleh Kompeni Belanda
pada abad ke 16 bibitnya didatangkan dari Yaman. Kompeni Belanda
menumbuhkan sistem kerja paksa untuk perkebunan kopi di Jawa dan
Suriname.
2. Kopi Robusta.
Dalam klasifikasi ilmiah, kopi robusta berasal dari famili lxoroideae, bangsa coffeae, dan spesies coffea canephora.
Biji kopi robusta pertama kali ditemukan di Kongo tahun 1898. Kopi
Robusta dapat dikatakan kopi kelas 2, karena memiliki rasa lebih pahit,
agak asam dan kandungan kafein cukup tinggi dibanding kopi arabica, kopi
robusta mengandung 1,48 % kafein sedangkan kopi arabica mengandung
1,10% kafein…selain itu kopi robusta mudah ditumbuhkan pada ketinggian
mulai 800 m diatas permukaan laut, dan tahan terhadap hama penyakit
sehingga lebih mudah dibudidayakan dibanding kopi arabica.
Perkebunan
kopi robusta sangat luas terdapat di Brazil, Indonesia, Malaysia,
Suriname, Carribian, dsb. Lebih dari 40 negara di dunia memproduksi
kopi robusta.
Di Indonesia kini lebih banyak perkebunan kopi robusta dibanding kopi
arabica, hal ini disebabkan dalam sejarah perkebunan kopi Indonesia pada
suatu waktu perkebunan kopi arabica terkena hama luar biasa, dan
mengalami kesulitan pemasaran.
Dalam perkembangan perdagangan kopi di
Indonesia permintaan pasar yang meminta kopi robusta lebih meningkat
dari tahun ke tahun, sehingga bagi petani ataupun pemilik perkebunan
lebih tertarik menanam kopi robusta karena tidak sulit memasarkannya dan
merawat tanamannya.
MENYAJIKAN KOPI ARABICA
Di Kawasan Arab, pot khusus untuk kopi arabica disebut Dallah, sedangkan cangkir kopinya disebut pinjan gahwah.
Bentuk tradisionalnya seperti dalam foto. Namun kini para ibu
rumahtangga banyak menggunakan french press atau termos yang beraneka
ragam bentuk dan warnanya. Selain pot atau termosnya khas, mug atau
gelas untuk minum kopi arabica juga khas disebut pinjan gahwah.
Kebudayaan minum kopi arabica di Timur Tengah telah merupakan budaya
kehormatan untuk menjamu tamu ataupun di pesta - pesta perhelatan bahkan
dalam acara Tahlilan/Berkabung. Kopi Arabica sudah merupakan minuman
yang menjadi lambang penghormatan.
Kopi arabica rasanya tidak terlalu pahit, warnanya pun tidak hitam.
Biasanya dicampurkan bermacam-macam wangi-wangian, umumnya adalah
kapolaga bubuk. Sebagian orang arab juga membubuhkan saffron atau
pewarna kuning untuk menghasilkan warna kopi yang cantik dan ada juga
membubuhkan kayu manis.
Dalam perjamuan, kopi arabica akan disodorkan
dengan etika : Dallah dipegang tangan kiri, dan pinjan gahwah dipegang
tangan kanan, dituangkan langsung dari Dallah ke pinjan di depan tamu,
tidak disertai nampan atau baki. Dalam kebudayaan arab menyajikan kopi
arabic dalam keadaan sudah dituangkan ke cangkirnya dari sejak di dapur
adalah tidak sopan. Harus dituangkan di depan tamunya.
Biasanya orang arab meminum kopi ini diiringi korma atau cokelat.
MENYAJIKAN KOPI ROBUSTA ATAU KOPI HITAM ALA TIMUR TENGAH
Saya tidak akan membahas lagi penyajian kopi robusta yang sudah begitu
umum di Indonesia maupun di seluruh dunia, apalagi di gerai-gerai
kafe. Maraknya kopi instan telah membuat penyajian kopi ini begitu
mudah.
Yang berbeda adalah kebiasaan di daerah arab seperti Syria, Jordania,
Yaman. Mereka memiliki cara penyajian yang cukup unik dalam menyajikan
kopi hitam atau kopi robusta. Umumnya mereka menyebutnya kopi Turki
atau Gahwah Turki.
Di dalam kebudayaan arab tradisional, mereka tidak
menyajikan kopi hitam yang bisa disebut kopi Turki ini ke dalam mug atau
cangkir besar, melainkan cangkir kecil yang akan habis dalam sekali
atau dua kali teguk saja.
Kebudayaan baru dalam minum kopi adalah munculnya trend kopi luwak.
Saya tidak membahas secara khusus kopi luwak dalam artikel ini.
====================
Produk-produk CNI telah terkenal sebagai produk-produk bermutu tinggi baik dari segi manfaat maupun kualitasnya. Sebagai bukti komitmen CNI pada kualitas, CNI telah memiliki sistem Jaminan Kepuasan Konsumen (JKK).
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”
Untuk info & Pemesanan :
HUB : MUHAMAD IPANGO
Telp / Hp : 021-7816369 / 0815 2363 9145 / 0816 160 5367
Simak Info Kesehatan di :