Kopi menjadi salah satu minuman paling populer di dunia yang dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat.
Kopi pertama kali ditemukan oleh Bangsa Etiopia di benua Afrika sekitar 1000 tahun sebelum masehi. Di Indonesia, kopi diproduksi lebih dari 400 ribu ton kopi per tahunnya. Maraknya penggemar dan pecinta kopi di tanah air khususnya di daerah jawa semakin hari semakin bertambah peminatnya.
Di sore hari, para pecandu kopi biasanya sudah stand by di warung kopi terdekat untuk menikmati aroma kopi kesukaan mereka. Ada yang menikmatinya dengan mengajak teman-temannya sambil bercanda, ada yang sekedar menghilangkan rasa lelah selepas beraktifitas dan ada juga yang menikmatinya sendirian di temani sebungkus rokok kretek pilihan. Tak heran jika produksi kopi di tanah air terus berkembang dan mendapatkan keuntungan yang sangat besar pertahunnya.
Tak jauh berbeda dengan tradisi ngopi yang sudah mengakar di kalangan masyarakat Maroko. Para penjual kopi atau café yang ada di Maroko hampir kita jumpai di sepanjang jalan dan diberbagai tempat –tempat strategis. Menjamurnya budaya ngopi di negeri senja ini telah ada sejak masa penjajahan perancis masih berkuasa di negeri tersebut. Yang lebih unik lagi ternyata semua cafe disini memiliki jadual tutup yang sama yaitu pada jam 22.00 malam, sekalipun orang asing yang datang dengan menawarkan harga dua kali lipat, namun jika mereka pesan kopi di atas jam 10 malam maka sang penjual dengan senyuman manisnya menolak permintaan mereka.
Jika kita ingin melihat langsung bagaimana tradisi ngopi di Maroko, kita bisa sejenak meluangkan waktu kita menyusuri jalanan dan gang-gang yang kita temui di Maroko. Di sana akan kita akan menjumpai para pecandu kopi yang sudah duduk manis menikmati secangkir kopi khas Maroko. Mulai dari yang tua sampai yang muda semuanya berdatangan dan berebut tempat yang cocok bagi mereka.
Tidak hanya pemuda dan bapak-bapak yang berada di café tersebut. Tapi, bagi mereka yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak balita sekalipun tak merasa malu untuk membawa bayi dan suaminya menikmati keindahan ngopi bareng bersama keluarga sambil melihat lalu lalang kendaraan dan para muda mudi yang tengah asyik mondar mandir di tengah keramaian.
Disamping café adalah tempat ngopi dan ngumpul bareng dengan keluarga ternyata di café juga sering kita jumpai sebagai tempat pertemuan para pembisnis dan juga sebagai tempat perayaan ulang tahun bagi muda mudi penduduk Maroko.
Tentunya budaya ngopi di Maroko jauh lebih banyak di banding di Indonesia meski penduduknya lebih banyak Indonesia. Mengapa demikian? Karena dengan mendatangi café mereka bisa curhat dengan temannya atau berbagi informasi mengenai lowongan pekerjaan dan juga sebagai tempat istirahat setelah beraktifitas seharian. Disisi lai sebagaimana yang kita ketahui bahwa kebanyakan penduduk Maroko masih sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Itulah mengapa sebabnya café menjadi ajang tampat curhat dan berbagi informasi bagi penduduk Maroko.
Tak jauh berbeda dengan tradisi ngopi yang sudah mengakar di kalangan masyarakat Maroko. Para penjual kopi atau café yang ada di Maroko hampir kita jumpai di sepanjang jalan dan diberbagai tempat –tempat strategis. Menjamurnya budaya ngopi di negeri senja ini telah ada sejak masa penjajahan perancis masih berkuasa di negeri tersebut. Yang lebih unik lagi ternyata semua cafe disini memiliki jadual tutup yang sama yaitu pada jam 22.00 malam, sekalipun orang asing yang datang dengan menawarkan harga dua kali lipat, namun jika mereka pesan kopi di atas jam 10 malam maka sang penjual dengan senyuman manisnya menolak permintaan mereka.
Jika kita ingin melihat langsung bagaimana tradisi ngopi di Maroko, kita bisa sejenak meluangkan waktu kita menyusuri jalanan dan gang-gang yang kita temui di Maroko. Di sana akan kita akan menjumpai para pecandu kopi yang sudah duduk manis menikmati secangkir kopi khas Maroko. Mulai dari yang tua sampai yang muda semuanya berdatangan dan berebut tempat yang cocok bagi mereka.
Tidak hanya pemuda dan bapak-bapak yang berada di café tersebut. Tapi, bagi mereka yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak balita sekalipun tak merasa malu untuk membawa bayi dan suaminya menikmati keindahan ngopi bareng bersama keluarga sambil melihat lalu lalang kendaraan dan para muda mudi yang tengah asyik mondar mandir di tengah keramaian.
Disamping café adalah tempat ngopi dan ngumpul bareng dengan keluarga ternyata di café juga sering kita jumpai sebagai tempat pertemuan para pembisnis dan juga sebagai tempat perayaan ulang tahun bagi muda mudi penduduk Maroko.
Tentunya budaya ngopi di Maroko jauh lebih banyak di banding di Indonesia meski penduduknya lebih banyak Indonesia. Mengapa demikian? Karena dengan mendatangi café mereka bisa curhat dengan temannya atau berbagi informasi mengenai lowongan pekerjaan dan juga sebagai tempat istirahat setelah beraktifitas seharian. Disisi lai sebagaimana yang kita ketahui bahwa kebanyakan penduduk Maroko masih sulit untuk mendapatkan pekerjaan yang layak dan bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Itulah mengapa sebabnya café menjadi ajang tampat curhat dan berbagi informasi bagi penduduk Maroko.
Sumber : El-Ghezwa - Bersama kita berbagi menuju keajaiban Hidup