Sungai Kapuas pernah sibuk sebagai jalur transportasi air pada tahun
1960-an. Dari sana lahir tradisi minum kopi di sekitar Pelabuhan
Pontianak, Kalimantan Barat. Tempat rehat transportasi air itu lalu
bersemi jadi penyangga kelas menengah di seluruh pelosok Kalbar.
Minuman kopi - dengan berbagai variannya - bahkan telah merambah ke
kafe-kafe dan hotel-hotel berbintang di Pontianak. Warung kopi telah
bermetamorfosis sebagai etalase sosial dan penggerak ekonomi masyarakat
sekaligus.
Warung kopi di Pontianak adalah tempat berkumpul hampir semua
kalangan dengan semua ragam karakternya. Riuh pembeli bisa dijumpai di
hampir semua warung kopi di Pontianak, bukan hanya pada pagi atau siang,
melainkan juga malam hingga hari berganti.
Pagi hari, orang datang ke warung kopi sebelum berangkat kerja atau
masuk ke kantor. Siang hari, giliran para pekerja dengan mobilitas
tinggi, seperti salesman dan pebisnis kelas menengah dan bawah yang
memenuhi warung kopi. Malam harinya, orang-orang yang sudah suntuk
dengan kesibukan siang hari melepas penat di warung kopi.
Jalan Gadjah Mada dan Jalan Tanjungpura merupakan pusat warung kopi
di Pontianak. Selain toko-toko yang buka sejak pagi hingga dini hari,
ada banyak pula warung kopi yang buka pada malam hari saja. Warung kopi
juga mudah ditemui di pelabuhan dan pasar-pasar tradisional.
Pemilik Warung Kopi Winny, Heriwonoto (28), mengatakan, kebiasaan
minum kopi di Pontianak sudah menggejala pada awal tahun 2000-an. Ketika
itu orang mulai betah berlama-lama di warung kopi.
Melihat peluang itu, Heri mengubah warung kelontong milik
orangtuanya, yang mulai sepi karena bertambahnya pasar swalayan, menjadi
warung kopi. Winny lalu menjadi salah satu warung kopi terlaris di
Jalan Gadjah Mada.
”Saya berangkat dari hobi minum kopi di beberapa warung kopi yang
sudah ada dan melihat orang bisa betah berjam-jam ngobrol di warung
kopi. Saya tangkap fenomena itu dengan menyediakan banyak meja bagi
pembeli dan tidak membatasi jam duduk mereka,” tutur Heri.
Penyuka minuman kopi memang bisa menghabiskan waktu berjam-jam sambil
ngobrol di warung kopi. Obrolan di warung kopi bisa mulai dari
persoalan sehari-hari, isu terhangat, bisnis, hingga perbincangan
politik.
Suraji (37) mengaku dalam sehari bisa beberapa kali memesan kopi di
Djaja, warung kopi langganannya di Jalan Tanjungpura. ”Minum kopi
sekaligus bisnis. Saya membeli dan menjual emas. Sering juga saya
bertransaksi di warung kopi Djaja, tergantung kesepakatan dengan pembeli
atau penjual,” kata Suraji.
Dari warung kopi bahkan bisa lahir keputusan-keputusan politik. Wakil
Wali Kota Pontianak Paryadi mengakui, obrolannya di warung kopi ketika
menjadi anggota DPRD Kota Pontianak membuahkan peraturan daerah.
Bahkan, sejumlah strategi kampanye ketika mencalonkan diri menjadi
wakil wali kota Pontianak berpasangan dengan calon wali kota Sutarmidji
pada tahun 2008 dirumuskan oleh Paryadi di sebuah warung kopi.
Di Kota Pontianak, jumlah toko yang memang khusus menjadi warung kopi
ada sekitar 100 buah. Namun, ada lebih dari 100 toko lain yang tak
melulu menjadi warung kopi. Ada yang, misalnya, juga sekaligus menjadi
warung makan.
Kopi bubuk yang diperlukan satu warung kopi bervariasi 1 kilogram-5
kilogram per hari, tergantung dari sedikit atau banyaknya pembeli yang
datang. Kopi bubuk ini diperoleh para pengusaha warung kopi dari perajin
yang menggoreng dan menumbuk kopi sendiri. Biji kopi berasal dari
petani lokal, di antaranya dari Singkawang.
Kopi yang biasanya menjadi kesukaan masyarakat Pontianak adalah kopi
hitam yang disaring ampasnya. Namun, ada pula yang suka kopi
susu—campuran kopi hitam saring dan krim.
Makin ramainya warung kopi tak terlepas dari harga murah yang
ditawarkan. Satu gelas kopi hitam saring rata-rata hanya Rp 2.500,
sedangkan satu potong makanan ringan Rp 1.500. Dengan uang sedikit,
pembeli puas berlama-lama. Slruuup….cleguk!
Warung kopi pun turut menggerakkan perekonomian Pontianak karena
menampung pekerja tanpa pendidikan khusus, seperti lulusan sekolah
dasar, sekolah menengah pertama, dan sekolah menengah atas.
Di Warung Kopi Winny, Pontianak, misalnya, Heri menampung 18 pekerja
yang kebanyakan berasal dari Kabupaten Landak, Bengkayang, dan Kubu
Raya.
Kakak beradik Ite (25) dan Rika (18) yang bekerja di Winny mengakui
bahwa warung kopi itu telah menyelamatkan perekonomian keluarga mereka.
”Mereka yang baru bekerja mendapat gaji Rp 450.000, bulan kedua naik
menjadi Rp 500.000. Kalau yang sudah lama, bisa mencapai Rp 1,1 juta.
Itu gaji bersih karena kebutuhan sehari-hari untuk makan dan tempat
tinggal sudah saya tanggung,” tutur Heri.
Warung kopi juga biasa menerima titipan makanan ringan dan makanan
tradisional. Satu warung kopi mendapat sedikitnya 10 jenis makanan
ringan dari 10 pembuat kue yang berbeda.
Budayawan Tionghoa, Lie Sau Fat atau XF Asali, menuturkan, kebiasaan
minum kopi yang kini ada di Pontianak awalnya dibawa oleh sejumlah
mantan koki kapal-kapal besar China ke Kabupaten Sambas, Kalbar. ”Mereka
adalah etnis Hainan,” tutur Asali.
Asali sudah menjumpai toko kopi di Pemangkat, Sambas, sekitar tahun
1942. Dari Sambas, kebiasaan warung kopi itu lalu diikuti oleh
masyarakat di pesisir hingga Pontianak. ”Di Pontianak, tradisi minum
kopi makin ramai sejak 1969.”
Namun, warung kopi juga pernah menjadi lahan prostitusi terselubung
di daerah Sungai Raya, Pontianak, era tahun 1970-an. Tahun 1990-an,
kawasan prostitusi itu dibubarkan.
Etalase sosial bernama warung kopi tidak hanya mengukuhkan perubahan
sosial yang ada, tetapi juga berfungsi sebagai penyangga kekuatan sosial
ekonomi masyarakat kelas menengah dan bawah di sana selama beberapa
dekade.
Apa jadinya pedalaman Kalbar dan Pontianak tanpa jejaring warung kopi.
====================
Produk-produk CNI telah terkenal sebagai produk-produk bermutu tinggi baik dari segi manfaat maupun kualitasnya. Sebagai bukti komitmen CNI pada kualitas, CNI telah memiliki sistem Jaminan Kepuasan Konsumen (JKK).
Produk CNI adalah “Produk Kualitas Menengah Atas, Harga Menengah Bawah”
Untuk info & Pemesanan :
HUB : MUHAMAD IPANGO
Telp / Hp : 021-7816369 / 0815 2363 9145 / 0816 160 5367
Simak Info Kesehatan di :